Minggu, 08 Mei 2016

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu
KABAR GEMBIRA
kaos adalah pakaian santai yang nyaman dipakai di mana saja dan kapan saja,, baik ketika dingin atau lagi gerah..sifat kaos yang menyerap keringat membuat peminat kaos banyak sekali baik anak-anak, remaja maupun dewasa, bahkan ibu-ibu muda atau lansia juga senang menggunakan kaos.
saya adalah salah satu penggemar kaos,, kondisi saya yang sedang menyusui sering kesusahan mencari kaos longgar, menutupi maaf (pantat) dan bisa dipakai menyusui dengan aman..
naahhh...untuk memenuhi kebutuhan saya akhirnya saya memesan sendiri kaos yang nyaman dipakai untuk ibu-ibu menysui..terutama bunda muslimah yang biasa memakai jilbab..
monggo bagi yang berminat bisa menghubungi saya,,dijamin harga terjangkau dan nyaman dipakai..
081230493624

Senin, 25 April 2016



Implementasi Qur’an Surat Luqman ayat 13 – 19 Sebagai
Metode Pengembangan Nilai-Nilai Agama Islam Pada Anak Usia Dini
Ika Romika Mawaddati
IKIP PGRI JEMBER
e-mail : ikaromika@gmail.com
Abstrak: Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, atau menyukai kepada kebaikan. Potensi tersebut harus dikembangkan supaya tidak hilang. untuk menjadikan anak memiliki nilai – nilai agama Islam dalam dirinya, butuh metode tepat dalam mengembangkanya. Banyak metode untuk menjadikan anak sholeh, diantara cara adalah mengikuti panduan yang tertuang dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an menjadi satu-satunya pedoman hidup bagi manusia, dalam surat Luqman ayat 13 – 19 terdapat cara pengembangan nilai – nilai agama pada anak usia dini, yaitu metode langsung yang berupa larangan dan perintah. Untuk perbuatan yang benar-benar membahayakan jika dilaksanakan maka orang tua harus tegas melarang anak melakukannya, contohnya jangan berbuat syirik dan jangan sombong. Untuk perbuatan yang wajib, orang tua harus tegas memerintah anaknya untuk mengerjakannya, seperti kerjakanlah sholat, berbaktilah kepada orang tua, dan berdakwalah. Tidak ada pilihan dalam pemberian perintah, kalau salah harus melarang, misal dengan kata-kata jangan, kalau perbuatan wajib, harus tegas dalam memerintahkannya, misalnya sholatlah.  
Kata kunci : metode pengembangan, nilai-nilai agama Islam, anak usia dini
Pendahuluan
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, orang tuanyalah yang nantinya menjadikan dia nasrani majusi atau yahudi. Fitrah berarti suci bersih, fitrah juga bermakna bahwa setiap manusia telah memiliki potensi atau kecenderungan untuk berTuhan atau kecenderungan untuk beragama. Manusia sangat membutuhkan agama dan akidah. Kebutuhan itu merupakan tuntutan karakter, bakat bawaan, dan kecenderungan fitrah yang diciptakan oleh Allah swt dalam diri manusia (Samihah, 2006 : 19 ) Meskipun telah memiliki  potensi beragama, tetap potensi tersebut memerlukan metode sehingga mampu berkembang menjadi potensi yang baik.
Salah satu potensi baik yang harus dikembangkan adalah nilai-nilai agama Islam, atau akhlaq yang menjadikan anak memiliki karakter sesuai dengan karakter Islam. anak yang telah memiliki akhlaq baik sejak kecil diharapkan dapat menjadi anak sholeh, yang nantinya mau mendoakan kedua orang tuanya. Doa anak sholeh adalah salah satu amal yang pahalanya akan terus mengalir.Uuntuk mengembangkan potensi tersebut membutuhkan cara yang tepat. diantaranya adalah cara yang tertuang dalam Al-Qur’an, surat Luqman ayat 13 – 19
Nilai-nilai agama Islam
Nilai adalah Suatu keyakinan, yang menjadi dasar bagi seseorang dalam berperilaku / bertindak. Nilai juga berarti standart tingkah laku yang mengikat seseorang dan sepatutnya diamalkan dan dipertahankan. Nilai-nilai agama Islam berarti dasar keyakinan seseorang dalam bertindak berdasarkan ajaran Islam. Yang termasuk pengembangan  nilai-nilai agama Islam adalah   pendidikan keimanan kepada anak sejak usia dini. Yang dimaksud pendidikan iman adalah, mengikat anak dengan dasar –dasar keimanan sejak ia mengerti, membiasakannya dengan rukun Islam sejak ia memahami, dan mengajarkan kepadanya dasar-dasar syariat sejak usia tamyiz. .(Abdullah Nashih Ulwan, ed terj, 2007:165)
Sebagai usaha mengikat anak dengan dasar-dasar keimanan adalah dengan cara mengajarkan tauhid kepada mereka. Yaitu menanamkan bahwasanya hanya Allah yang maha Esa yang wajib diimanai dan diibadahi, meminta dan memohon hanya kepada Allah. Selain iman kepada Allah juga mengimani bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah dan satu-satunya teladan utama dalam kehidupan. Selanjutnya menyakini adanya malaikat sebagai hamba Allah yang senantiasa mentaati semua perintahNya. Termasuk tugas malaikat sebagai pencatat amal perbuatan manusia. Mengimani Al-Qur’an sebagai kitab suci dan pedoman bagi manusia, dan juga mengimana taqdir serta hari kiamat. Penanaman nilai-nilai keimanan ini hendaknya dilakukan sejak usia dini, supaya tidak terjadi kesalahan dalam pembangunan rohani anak. Jika sejak awal telah terjadi satu kesalahan saja dalam pembangunan rohani anak, akan bisa menyelewengkanya dari jalan kesuksesan, bahkan bisa menorehkan pengaruh buruk sepanjang hidupnya (Samihah, 2006 : 41)
Sebagai bukti keimanan seseorang adalah konsistenya seseorang dalam beribadah, secara sederhana ibadah adalah semua perbuatan yang dapat mendekatkan diri kepada Allah. Diantara perbuatan tersebut adalah sholat. Selain sebagai tiang agama sholat merupakan amalan yang pertama kali dihisab kelak di hari akhir. Dan yang terpenting adalah sholat merupakan barometer ketaatan muslim kepada Allah SWT.  Berdasarkan hal tersebut, nilai agama yang wajib dikembangkan sejak usia dini adalah membiasakan anak untuk rajin beribadah sejak dini, terutama ibadah sholat.
Nilai-nilai agama Islam selanjutnya adalah akhlak, yaitu  suatu aturan yang mengatur cara bagaimana seseorang bersikap dan bergaul baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Semua hal tersebut dapat dirangkum menjadi tiga hal mendasar sebagai pokok materi pendidikan agama yaitu aqidah, syariah, dan akhlak yang selanjutnya disebut syariat Islam.
Metode pengembangan nilai-nilai  agama Islam.
Secara bahasa metode berasal dari bahasa latin meta yang berarti melalui, dan hodos yang berarti jalan ke atau cara ke. Dalam bahasa arab metode berarti tariqoh, artinya jalan, cara, sistem atau ketertiban dalam mengerjakan sesuatu. Secara istilah, metode ialah suatu sistem atau cara yang mengatur suatu cita-cita (Syafaat dkk, 2008 : 39 ) Berdasarkan pengertian tersebut, metode adalah  hal terpenting sebagai usaha mencapai tujuan secara maksimal. Bagi pendidik metode menjadi suatu prosedur dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sederhananya, metode merupakan pilihan cara terbaik bagi seseorang dalam mencapai tujuan yang diharapkan.  Adapun  metode pengembangan nilai-nilai agama Islam pada anak usia dini adalah :
1.      Metode Keteladanan
Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual, dan etos sosial anak. Mengingat pendidik adalah seorang figur terbaik dalam pandangan anak, yang tindak tanduk dan sopan santunya, disadari atau tidak, akan ditiru oleh mereka, bahkan bentuk perkataan, perbuatan dan tindak tanduknya, akan senantiasa tertanam dalam kepribadian anak (Abdullah Nashih Ulwan, 1994 : 142 ) Pendidik atau orang tua hendaknya senantiasa berperilaku baik, sehingga anak-anak juga mengikuti untuk berperilaku baik.  Jangan sampai pendidik meminta nak untuk berbuat baik, sedangkan dirinya tidak mampu berbuat baik, orang tua menyuruh anaknya sholat, tapi dirinya tidak sholat. Tindak keagamaan anak-anak pada dasarnya diperoleh dari meniru. Dalam segala aspek anak adalah peniru paling hebat, sifat inilah yang pada dasarnya menjadi modal yang sangat positif dalam pendidikan keagamaan pada anak.
(Mansur, 2007 : 54 )
2.      Metode Pembiasaan
Metode ini yaitu metode dengan membiasakan anak untuk melakukan perbuatan baik sejak dini, misalkan sholat, maka orang tua hendaknya membiasakan anak untuk terbiasa dengan sholat, mengajak anak ke masjid atau mengajak sholat berjamaah di rumah. Jika di sekolah, hendaknya pendidik menjadwalkan khusus praktek sholat untuk anak didiknya.dengan begitu anak terbiasa dengan sholat dan tertanam pada dirinya bahwasanya sholat itu wajib, berdosa jika meninggalkannya.
3.      Metode Nasehat
Nasehat adalah pemberian petuah-petuah yang bermanfaat kepada peserta didik, nasehat yang dilaksanakan tepat, penuh kebijaksanaan dan lemah lembut terbukti berhasil memberikan pemahaman kepada peserta didik.
4.      Metode Langsung
Pelaksanaan metode ini adalah pemberian kata perintah dan kata larangan. Memerintahkan anak untuk selalu berbuat baik, misalnya memerintahkan langsung untuk sholat “segera berangkat sholat”, atau melarang perbuatan yang melanggar ketaatan kepada Allah, “janganlah saling mengolok-ngolok”.
5.      Metode tidak langsung
Implementasi metode ini dalam hal pengembangan nilai-nilai agama Islam pada anak adalah pemberian kisah-kisah yang mengandung nilai-nilai akhlaq, baik melalui dongeng maupun menonton.
 Metode pengembangan nilai-nilai agama Islam pada anak usia dini dalam Al-qur’an.
Al-qur’an merupakan pedoman hidup   langsung dari Allah untuk hambaNya, di dalamnya berisikan panduan hidup bagi manusia, diantaranya adalah pedoman tata cara dalam mengembangkan nilai-nilai agama kepada anak. Pedoman yang dimaksud penulis adalah yang terdapat dalam surat Luqman ayat 13 – 19.  Surat ini adalah surat ke 31 dalam Al-Quran, dan termasuk dalam kelompok surat     Makiyyah, kecuali ayat 28, 29, 30. Asbabun nuzul ayat ini adalah, bahwa orang-orang Quraisy bertanya kepada Nabi SAW. Tentang kisah Luqman beserta anaknya, dan ketaatannya kepada ibu bapaknya maka turunlah ayat ini. Luqman Hakim adalah seorang tokoh yang disebut Al-Quran dalam   surat 31 ayat 11,   sebagai pemilik hikmah, ia dikenal dalam legenda Bangsa Arab sebagai orang bijaksana.
Tafsir Surat Luqman ayat menurut tafsir Ibnu Katsir
1. Ayat 13

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Artinya “ Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “wahai anakku! janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar “
Allah taala berfirman mengabarkan tentang wasiat Luqman kepada puteranya, sedangkan nama puteranya adalah Tsaran, menurut suatu pendapat yang diceritakan oleh as-Suhaily, Allah telah menyebutkannya dengan sebaik-baik sebutan dan diberikannya dia hikmah. Dia memberikan wasiat kepada puteranya yang merupakan orang yang paling dikasihi dan dicintainya, dan ini hakikat dianugerahkannya ia wasiat untuk beribadah kepada Allah yang Maha kuasa dan Maha Esa yang tidak ada sekutu bagiNya. Kemudian dia memperingatkan karena mempersekutukan Allah adalah kedzaliman yang sangat besar . إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
2. Ayat 14

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
Artinya : “Dan kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuannya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu. “
            Kemudian ia mengiringi wasiat beribadah kepada Allah dengan berbakti kepada kedua orang tua di dalam ayat ini Allah berfirman:   وَوَصَّيْنَا Mujahid berkata: beratnya kesulitan mengandung anak, Qotadah berkata keberatan demi keberatan, sedang Atha’ Al-Khurasani berkata kelemahan demi kelemahan. Dan firman Allah   وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ dan menyapihnya dalam dua tahun, yaitu mengasuh dan menyusuinya setelah melahirkan selama dua tahun. Sebagaimana Allah taala berfirman:
وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلاَدَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ أَرَادَ أَن يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ
Artinya: Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. (Al-Baqoroh: 233)
            Allah menyebutkan pendidikan seorang ibu, kelelahan dan kesulitan saat begadang siang dan malam, agar seorang anak dapat mengingat kebaikan yang diberikan kepada ibunya.
3. Ayat 15
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Artinya : “ Dan jika keduannya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau mentaati keduanya, dan pergaulilah keduannya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepadaKu tempat kembalimu, maka akan aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” 
            Firman وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ   Jika keduanya begitu antusias untuk memaksakan agamanya, maka janganlah engkau menerimanya dan hal itu pun tidak boleh menghalangimu untuk berbuat baik kepada keduanya di dunia secara ma’ruf yaitu secara baik kepada keduanya   وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ dan ikutilah jalan orang-orang yang kembali kepadaku, yaitu jalan orang-orang yang beriman,   ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ kemudian hanya kepadaku lah kembalimu, maka kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
4. Ayat 16
يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ
Artinya :”(Luqman berkata),”Wahai anakku ! sungguh jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit, atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Maha halus, maha teliti.”

Ini addalah wasiat Luqman yang diberikan kepada Allah agar manusia menjunjung tinggi dan mentauladaninya, dia berkata:
يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ   hai anakku, sesungguhnya jika ada suatu perbuatan seberat biji sawi, yaitu kedzaliman dan kesalahan sekalipun seberat biji sawi Allah akan menghadirkannya pada hari kiamat ketika dia mendirikan timbangan keadilan serta membalasnya. Jika kebaikan maka ia akan dibalas dengan kebaikan dan jika keburukan maka akan dibalas dengan keburukan. Untuk itu Allah berfirman إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ sesungguhnya Allah Maha luas lagi Maha mengetahui, yaitu Maha luas ilmunya, hingga tidak ada satupun yang tersembunyi darinya, sekecil apapun, sehalus dan selembut apapun. Sekalipun biji sawi itu terlindungi dan terhalang di dalam batu besar hitam atau ditempat terasing jauh di ujung langit dan bumi
5. Ayat 17

يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
Artinya : “Wahai anakku ! Laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting.”
Kemudia ia berkata :  يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ hai anakku dirikanlah sholat. Yaitu dengan menegakkan batas-batas nya dan melakukan fardhu-fardhunya dan menetapkan waktu-waktunya sesuai dengan kemampuanmu, وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, dari segala kesusahan, dan Dia mengetahui bahwa orang yang melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar pasti akan mendapatkan gangguan dari manusia, maka Dia memerintahkan untuk bersabar. Dan firmannya إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ sesungguhnya yang demikian termasuk hal-hal yang diwajibkan, yaitu kesabaran atas siksaan manusia merupakan perkara-perkara yang wajib.86
6. Ayat 18
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
Artinya : “ Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.”
Dan firmannya: وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ dan janganlah memalingkan muka dari manusia (karena engkau sombong), janganlah engkau palingkan wajahmu dari manusia jika engkau berkomunikasi dengan mereka atau mereka berkomunikasi denganmu karena merendahkan mereka atau karena kesombongan, akan tetapi merendahlah dan maniskanlah wajahmu terhadap mereka. Firmannya: وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan angkuh, yaitu sombong, takabur, otoriter dan menjadi pembangkang. Janganlah engkau lakukan ini, dan jika engkau lakukan Allah pasti akan memurkaimu. إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ sesungguhnya allah tidak menyukai orang- orang yang sombong lagi membanggakan diri, yaitu sombong dan bangga pada diri sendiri serta sombong pada orang lain.
7. Ayat 19
وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ
Artinya : “ Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu, sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”
Dan firmannya:   وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ dan sederhanalah kamu dalam berjalan, yaitu berjalanlah secara sederhana, tiddak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat, akan tetapi adil dan pertengahan, dan firmannya:   وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ dan lunakkanlah suaramu, yaitu janganlah engkau berlebih-lebihan dalam berbicara dan jangan mengeraskan suara pada sesuatu yang tidak bermanfaat, untuk itu Allah berfirman:  إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai. Mujahid dan para ulama berkata: sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai, yaitu keterlaluan mengangkat suaranya disamakan dengan keledai dalam ketinggian dan kekerasannya dan disamping itu suara tersebut merupakan hal yang dimurkai di sisi Allah. mengeraskan suara itu termasuk dari golongan yang menyerupai keledai
Nilai Nilai Agama Islam Yang Terkandung Dalam Surat Luqman ayat 13-19
Berdasarkan paparan tafsir Ibnu Katsir, maka nilai-nilai agama atau ajaran agama Islam yang terkandung dalam surat Luqman ayat 13 – 19 adalah :
a.       Tauhid ;  yaitu menanamkan keyakinan dalam diri anak bahwasanya tidak ada Tuhan yang berhak di sembah kecuali hanya Allah SWT, Allah yang Maha Esa tidak ada yang menyamaiNya. Sebagai manusia wajib menyembah Allah, jangan sampai menyekutukan Allah, karena menyekutukan-Nya adalah perbuatan syirik yang merupakan kerusakan yang sangat besar. Luqman ayat 13        يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
b.      Ibadah ; tujuan Allah menciptakan manusia adalah supaya manusia beribadah kepada Allah, diantara bentuk nyata ibadah adalah menegakkan sholat. Dalam surat Luqman ayat 17
(يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ )
c.       Akhlaq ; secara bahasa akhlaq berasal dari bahasa arab yaitu “ al-khulk” yang berarti tabiat, tingkah laku, kebiasaan, akhlaq secara istilah adalah sifat yang tertanam dalam diri manusia yang mempengaruhi setiap tingkah laku manusia.
Pembelajaran akhlaq merupakan termasuk materi utama karena menyangkut pembentukan budi pekerti seseorang yang mengatur tingkah laku serta membentuk karakter seserang. Anak yang terbiasa berbuat baik dalam segala hal, dipastikan memiliki akhlaq yang baik pula. Jika setiap anak berakhlaq baik, dipastikan akan terbentuk masyarakat yang baik pula. Sehingga kehidupan menjadi damai.
d.      Dakwah; dalam surat luqman ayat 17      وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ
Luqman memerintahkan anaknya untuk berdakwah; mengajak kepada kebenaran dan mencegah kepada kemunkaran atau kerusakan. Dalam kehidupan penting untuk saling mengingatkan jika ada teman yang berbuat salah, dan saling mengajak berbuat kebaikan. 
Metode Pengembangan Nilai-Nilai Agama Islam dalam Surat Luqman ayat 13 – 19
Metode merupakan pilihan prosedur yang ditempuh untuk mencapai tujuan yang diharapkan secara maksimal. Semakin tepat dalam pemilihan metode, semakin maksimal ketercapaian tujuan yang diharapkan.  Dalam surat luqman ayat 13 – 19 terdapat beberapa metode yang diterapkan luqman dalam menanamkan ajaran Islam kepada anaknya.
1.        Metode Larangan :
Jenis-jenis larangan yang terdapat dalam surat Luqman ayat 13-19
a.        Luqman melarang anaknya supaya jangan sampai menyekutukan Allah.
   يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“wahai anakku! janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar “
b.      Allah melarang mentaati orang tua yang mengajak anaknya syirik kepada Allah.
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا
    Dan jika keduannya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau mentaati keduanya,       
c.       Allah melarang perbuatan  sombong
                       
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.”

            Hal-hal yang harus diperhatikan pendidik dalam mengaplikasikan metode larangan kepada peserta didik baik anak-anak maupun dewasa :
1.      Larangan hanya diberikan untuk sesuatu yang benar-benar salah atau harus dijauhi, baik menurut hukum maupun etika moral. Seperti syirik atau menyekutukan Allah, syirik adalah pembatal keimanan seseorang, sehingga pendidik dan orang tua harus tegas melarang anak-anaknya berbuat syirik. Bahkan dengan tegas Allah melarang anak mentaati kedua orang tuannya yang mengajak syirik. Tidak ada pilihan untuk syirik, selain melarangnya.
2.      Larangan diberlakukan untuk perbuatan yang dapat merusak kedamaian. Sombong adalah akhlaq tercela yang dapat merusak hubungan baik teman dengan teman, saudara dengan saudara, tetangga dengan tetangga. Sombong sumber dari kejahatan kejahatan lain yang dapat merusak ketentraman hidup di masyarakat. Karena kesombongan seseorang menumbuhkan kebencian pada diri orang lain, benci menumbuhkan iri dengki yang selanjutnya memunculkan permusuhan diantara manusia. Dari permusuhan itu terjadilah percekcokan atau bahkan peperangan.
3.      Larangan dilaksanakan dengan lemah lembut dan bijaksana. Ketika seseorang melarang biasanya dibarengi amarah, sehingga melarang dengan suara keras. Hal itu yang membuat anak tidak menyukai larangan. Namun Luqman tetap memanggil anaknya dengan lembut dan sayang ; wahai anakku, dengan kelembutan penuh kasih sayang larangan diharapkan dapat diterima dan dilaksanakan.
4.      Saat melarang, pendidik atau orang tua hendaknya memberikan  argumentasi yang jelas mengapa perbuatan itu dilarang. Anak didik diajak berdialog dengan menggunakan potensi pikirnya agar potensi itu dapat berkembang dengan baik. Luqman melarang anaknya syirik karena syirik benar-benar kezaliman yang besar.  
II. Metode Perintah
            Jenis-jenis perintah yang terdapat dalam surat Luqman ayat 13 – 19
a.       Perintah berbuat baik kepada kedua orang tua
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ
“Dan kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuannya”
b.      Mengikuti jalan orang – orang yang beriman
وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ
dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku.”
c.       Perintah menegakkan sholat
يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاة
“Wahai anakku ! laksanakanlah shalat “
d.      Perintah untuk berdakwah dan bersabar terhadap akibatnya.
وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ
dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu,”
e.       Perintah untuk rendah hati dan senantiasa berkata lembut.
وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ
Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu”
Penerapan metode perintah tetap dilaksanakan dengan lembut dan kasih sayang. Perintah dilakukan untuk sesuatu yang memang harus dilaksanakan. Karena kebaikan dan maslahat dari perbuatan tersebut.
Kesimpulan
            Ada dua metode pengembangan nilai-nilai agama Islam dalam surat Luqman ayat 13 – 19, yaitu dengan melarang dan memerintah. Sebagai pendidik sebaiknya tetap memberlakukan kata jangan kepada anak didik. Sebab dengan kata jangan akan tertanam pada diri anak, bahwa perbuatan yang dilarang itu memang benar – benar salah dan berbahaya jika dilaksanakan, jangan sekali kali melaksanakannya. Dengan begitu anak mengetahui mana yang haq dan mana yang batil. Jadi dia tidak melakukan hal yang dilarang bukan karena dia memilih aman untuk tidak melaksanakannya tapi karena perbuatan yang dilarang itu benar-benar salah.
Pustaka Acuan
Al-Fida, Abu Ismail Al-Hafidh Ibnu Katsir. Terjemah Tafsir Ibnu Katsir (terj. Abdul Goffar dkk) Cetakan ke 3. Pustaka Imam Asy-Syafiie.2007
Cyril Glasse. Ensiklopedi Islam. Jakarta:Raja Grafindo Persada : 1999
Syafaat, dkk.Peranan Pendidikan Agama Islam; Dalam Mencegah Kenakalan Remaja. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2008.
Mansur. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta : Pustaka Pelajar . 2007
Ulwan, Abdullah Nashih. Pendidikan Anak Dalam Islam (terj. Jamaludin Miri ) Jakarta : Pustaka Amani. 1994.
Gharib, Samilah Mahmud. Membekali Anak Dengan Akidah (terj. Yulaicha Fitri ) Jakarta : Pustaka Magfirah. 2006